KRPL (KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI)

Jumat, 20 Maret 2015

MENJADIKAN DESA KEBONSARI SEBAGAI KRPL
(KAWASAN  RUMAH PANGAN LESTARI)


Sebenarnya saya sendiri belum begitu paham apa itu KRPL, bagaimana cara penerapannya di desa adakah bantuan dari pemerintah mengenai kegiatan tersebut. Dan adakah persyaratan khusus bagi desa yang ingin menjadikan desa tersebut sebagai KRPL.


Saya mendapat informasi tentang KRPL itu sendiri pada saat
mata kuliah sosiologi pertanian. pada saat itu dosen sosoper menyinggung sedikit mengenai KRPL yang ada di berbagai daerah dengan menunjukkan foto-fotonya. Tanaman apa saja yang bisa dibudidayakan dan bagaimana cara budidayanya mengingat lahan yang digunakan cukup terbatas. Dari situ saya bisa mengambil kesimpulan bahwa KRPL itu adalah program pemerintah dalam hal ini Kementrian Pertanian yang bertujuan untuk memanfaatkan Pekarangan rumah (halaman rumah) sebagai budidaya tanamna tertentu yang tentunya tidak terlalu memakan tempat dan tanaman yang ditanam seperti sayur-sayuran. Itu hanya pendapat dari saya, untuk pengertian sebenarnya dari KRPL itu sendiri saya belum paham.
Namun apa bila pengetahuan saya tentang KRPL yang telah saya sampaikan diatas hampir benar, berarti sejatinya didesa saya sudah pernah di galakkan kegiatan seperti itu tepatnya 1 atau 2 tahun yang lalu. Ada tetangga saya yang bekerja senbagai penyuluh di bidang pertanian memberikan secara gratis polibag yang sudah ada bibitnya kepada masyarakat yang ada di sekitar rumah beliau. Setiap rumah diberi 2-3 polibag besar dan beberapa polibg kecil kosong untuk didisi media tanam dan bibitnya sendiri. Bibitnya pun diberikan secara cuma-cuma. Pada  walnya banyak masyarakat yang antusias untuk oikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Didepan rumah mereka ditanami sayur, seperti tomat, cabai, terong, bunga kol, dan lain-lain. Setelah beberapa bulan kemudian, tanamn-tanamn yang ada dirumah penduduk sekitar justru tidak tumbuh dengan baik. Rata-rata tanaman mengalami kekeringan, kerdil, dan  warna daun menguning. Ternyata mereka kurang intensif dalam melakukan pemeliharaan tanaman sehingga tanaman tidak tumbuh secara maksimal. Mereka justru melakukan hal-hal yang sebenarnya menghambat pertumbuhan tananman itu sendiri. Perilaku tersebut yang paling sering terlihat diantaranya :
1)      Tidak menyirami tanaman secara teratur dengan air bersih
2)      Menyiram tanamn dengan air selokan yang mengandung sabun dan deterjen
3)      Tidak memberikan tambahan pupuk, baik pupuk organik maun anorganik
4)      Ada beberapa yang meletakkan tanaman ditempat yang intensitas  cahayanya rendah
Yang paling menarik perhatian saya adalah pemberian solusi untuk masalah pemupukan (poin 3). Saya ingin pupuk yang digunakn adalah pupuk organik dan itupun buatan masyarakat sendiri. Pupuk tersebut bisa berupa kompos dan POC dari sabut kelapa.
a)      Kompos
Kompos disini saya dapat dari kotoran ternak dan sampah dapur. Kenapa kotoran ternak ?. Karena didesa saya dad beberapa orang yang memelihara sapi dan kambing. Memang kotoran ternak tersebut oleh beberapa orang telah digunakan sebagai pupuk. Namun proses yang mereka terapkan untuk mengilah kotoran ternak menjadi pupuk kurang tepat. Mereka hanya mejemur kotoran ternak sam pai kering  setelah itu langsung di aplikasakan kepada tanamn. Padahal menurut beberapa literatur yang saya baca pembuatan kompos itu membutuhkan waktu kurang lebih 1 bulandan dilakukan di tempat yang tidak terkena air hujan dan panas matahari secara langsung (ternaungi).
b)      POC dari Sabut Kelapa
Saya memilih sabut kelap dikarenakan banyaknya limbah sabut kelap di sekitarr desa saya. Sabut kelapa tersebut berasal dari warung-warung kelapa yang menyediakan minuman kelapa. Kebanyakan sabut kelapa tersebut digunakan untuk bahan bakar memasak seperti halnya kayu bakar. Jika diolah dengan benar sabut kelapa bisa dijadikan sebagai POC karena mngandung unsur kalium (K) dalam bentuk KCl.
Selain untuk memenfaatkan limbah yang ada, dua kegiatan tersebut juga memiliki nilai edukasi tersendiri bagi masyarakat.

Namun untuk merealisasikan semua hal itu, saya pikir harus dimulai dari diri saya sendiri. Dan bisa dijadikan sebagai contoh untuklangkah besar yang sebenarnya. Karena dengan adanya bukti didepan mata masyarakat akan lebih mudah untuk mengikuti hal tersebut. Dan tentunya dengan dukungan dari berbagai pihak seperti dari pemerintah dan masyarakat itu sendiri. Itulah keinginan saya untuk desa tercinta, desa Kebonsari, kecamatan Karangdadap, kabupaten Pekalongan.




Tambahan
Cara Membuat Pupuk Kompos Dari Sabut kelapa
Sekarang ini sudah banyak masyarakat memiliki kesadaran diri akan kekurangan kesburan tanahnya. Maka mereka berupaya menyuburkan kembali dengan memupuk tanah menggunakan berbagai bahan alami seperti pupuk kandang, pupuk kompos, dsb.
Pembuatan pupuk kompos merupakan  pengolahan limbah paling populer di kalangan masysrakat. Sisa-sisa sampah rumah tangga organik hampir semua dapat dijadikan penyubur tanaman ini. Sederhananya, sampah di timbun dan di balik-balik secara berkala, Lalu tinggal menunggu jadi.
Berikut ini  Cara mudah pembuatan pupuk Kompos Cair :

Bahan :
·      Sabut Kelapa ( 3 Bagian atau  -+ 25 Kg )
·      Kotoran Kambing/bahan lain sejenis  ( 1 Bagian )
·      Air Tanah atau Sumur (sekitar 40 liter)
·      Golok/sejenisnya  (untuk mencacah sabut)
·      Karung Plastik berpori-pori besar atau kasa nyamuk
·      Ember dengan tutupnya/drum

Cara Pembuatan :
1.   Cacahlah sabut kelapa sampai menjadi potongan-potongan kecil, dengan ukuran kira-kira 3 x 3 cm. Tujuan pencacahan tersebut dilakukan untuk merangsang sabut untuk mengeluarkan lebih banyak lagi getah. Ini ditandai dengan munculnya aroma khas kelapa dari cacahan serabut.
2.    Masukkan potongan serabut tadi ke dalam karung.
3.   Ikat bagian atas karung. Langkah ini dilakukan karena sabut dan karung masih digunakan untuk pembuatan pupuk kompos cair sekali lagi.
4.   Rendamlah karung tersebut kedalam ember berisi air. Tingginya air disesuaikan dengan banyaknya sabut. Usahakan semua bagian sabut terendam air.
5.    Tambahkan kotoran kambing ke dalam ember.
6.  Tutup rapat ember tersebut, dan diamkan selama seminggu. Pada umur dua minggu cairan kompos dalam ember dapat digunakan.
Untuk di perhatikan kompos cair yang dihasilkan konsentrasinya masih tinggi, sehingga  sebelum disiramkan ke tanaman, terlebih dulu  sebaiknya campur dengan air. ( kompos cair 1 bagian, dan air 3-4 bagian). Pemakainya cukup satu kali seminggu, disiramkan langsung ke media tanaman.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

TERJEMAHAN

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Bryand's Blog - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Inspired by Sportapolis Shape5.com
Proudly powered by Blogger