MENJADIKAN DESA
KEBONSARI SEBAGAI KRPL
(KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI)
Sebenarnya
saya sendiri belum begitu paham apa itu KRPL, bagaimana cara penerapannya di
desa adakah bantuan dari pemerintah mengenai kegiatan tersebut. Dan adakah
persyaratan khusus bagi desa yang ingin menjadikan desa tersebut sebagai KRPL.
Saya mendapat informasi tentang KRPL itu sendiri pada saat
mata kuliah sosiologi pertanian. pada saat itu dosen sosoper menyinggung sedikit mengenai KRPL yang ada di berbagai daerah dengan menunjukkan foto-fotonya. Tanaman apa saja yang bisa dibudidayakan dan bagaimana cara budidayanya mengingat lahan yang digunakan cukup terbatas. Dari situ saya bisa mengambil kesimpulan bahwa KRPL itu adalah program pemerintah dalam hal ini Kementrian Pertanian yang bertujuan untuk memanfaatkan Pekarangan rumah (halaman rumah) sebagai budidaya tanamna tertentu yang tentunya tidak terlalu memakan tempat dan tanaman yang ditanam seperti sayur-sayuran. Itu hanya pendapat dari saya, untuk pengertian sebenarnya dari KRPL itu sendiri saya belum paham.
Saya mendapat informasi tentang KRPL itu sendiri pada saat
mata kuliah sosiologi pertanian. pada saat itu dosen sosoper menyinggung sedikit mengenai KRPL yang ada di berbagai daerah dengan menunjukkan foto-fotonya. Tanaman apa saja yang bisa dibudidayakan dan bagaimana cara budidayanya mengingat lahan yang digunakan cukup terbatas. Dari situ saya bisa mengambil kesimpulan bahwa KRPL itu adalah program pemerintah dalam hal ini Kementrian Pertanian yang bertujuan untuk memanfaatkan Pekarangan rumah (halaman rumah) sebagai budidaya tanamna tertentu yang tentunya tidak terlalu memakan tempat dan tanaman yang ditanam seperti sayur-sayuran. Itu hanya pendapat dari saya, untuk pengertian sebenarnya dari KRPL itu sendiri saya belum paham.
Namun
apa bila pengetahuan saya tentang KRPL yang telah saya sampaikan diatas hampir
benar, berarti sejatinya didesa saya sudah pernah di galakkan kegiatan seperti
itu tepatnya 1 atau 2 tahun yang lalu. Ada tetangga saya yang bekerja senbagai
penyuluh di bidang pertanian memberikan secara gratis polibag yang sudah ada
bibitnya kepada masyarakat yang ada di sekitar rumah beliau. Setiap rumah
diberi 2-3 polibag besar dan beberapa polibg kecil kosong untuk didisi media
tanam dan bibitnya sendiri. Bibitnya pun diberikan secara cuma-cuma. Pada walnya banyak masyarakat yang antusias untuk
oikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Didepan rumah mereka ditanami
sayur, seperti tomat, cabai, terong, bunga kol, dan lain-lain. Setelah beberapa
bulan kemudian, tanamn-tanamn yang ada dirumah penduduk sekitar justru tidak
tumbuh dengan baik. Rata-rata tanaman mengalami kekeringan, kerdil, dan warna daun menguning. Ternyata mereka kurang
intensif dalam melakukan pemeliharaan tanaman sehingga tanaman tidak tumbuh
secara maksimal. Mereka justru melakukan hal-hal yang sebenarnya menghambat
pertumbuhan tananman itu sendiri. Perilaku tersebut yang paling sering terlihat
diantaranya :
1) Tidak
menyirami tanaman secara teratur dengan air bersih
2) Menyiram
tanamn dengan air selokan yang mengandung sabun dan deterjen
3) Tidak
memberikan tambahan pupuk, baik pupuk organik maun anorganik
4) Ada
beberapa yang meletakkan tanaman ditempat yang intensitas cahayanya rendah
Yang paling menarik perhatian saya adalah pemberian
solusi untuk masalah pemupukan (poin 3). Saya ingin pupuk yang digunakn adalah
pupuk organik dan itupun buatan masyarakat sendiri. Pupuk tersebut bisa berupa
kompos dan POC dari sabut kelapa.
a) Kompos
Kompos
disini saya dapat dari kotoran ternak dan sampah dapur. Kenapa kotoran ternak
?. Karena didesa saya dad beberapa orang yang memelihara sapi dan kambing.
Memang kotoran ternak tersebut oleh beberapa orang telah digunakan sebagai
pupuk. Namun proses yang mereka terapkan untuk mengilah kotoran ternak menjadi
pupuk kurang tepat. Mereka hanya mejemur kotoran ternak sam pai kering setelah itu langsung di aplikasakan kepada
tanamn. Padahal menurut beberapa literatur yang saya baca pembuatan kompos itu
membutuhkan waktu kurang lebih 1 bulandan dilakukan di tempat yang tidak
terkena air hujan dan panas matahari secara langsung (ternaungi).
b) POC
dari Sabut Kelapa
Saya
memilih sabut kelap dikarenakan banyaknya limbah sabut kelap di sekitarr desa
saya. Sabut kelapa tersebut berasal dari warung-warung kelapa yang menyediakan
minuman kelapa. Kebanyakan sabut kelapa tersebut digunakan untuk bahan bakar
memasak seperti halnya kayu bakar. Jika diolah dengan benar sabut kelapa bisa
dijadikan sebagai POC karena mngandung unsur kalium (K) dalam bentuk KCl.
Selain
untuk memenfaatkan limbah yang ada, dua kegiatan tersebut juga memiliki nilai
edukasi tersendiri bagi masyarakat.
Namun
untuk merealisasikan semua hal itu, saya pikir harus dimulai dari diri saya
sendiri. Dan bisa dijadikan sebagai contoh untuklangkah besar yang sebenarnya.
Karena dengan adanya bukti didepan mata masyarakat akan lebih mudah untuk
mengikuti hal tersebut. Dan tentunya dengan dukungan dari berbagai pihak
seperti dari pemerintah dan masyarakat itu sendiri. Itulah keinginan saya untuk
desa tercinta, desa Kebonsari, kecamatan Karangdadap, kabupaten Pekalongan.
Tambahan
Cara Membuat Pupuk Kompos Dari Sabut kelapa
Sekarang ini sudah banyak masyarakat memiliki
kesadaran diri akan kekurangan kesburan tanahnya. Maka mereka berupaya
menyuburkan kembali dengan memupuk tanah menggunakan berbagai bahan alami
seperti pupuk kandang, pupuk kompos, dsb.
Pembuatan pupuk kompos merupakan pengolahan limbah paling populer di kalangan
masysrakat. Sisa-sisa sampah rumah tangga organik hampir semua dapat dijadikan
penyubur tanaman ini. Sederhananya, sampah di timbun dan di balik-balik secara
berkala, Lalu tinggal menunggu jadi.
Berikut ini
Cara mudah pembuatan pupuk Kompos Cair :
Bahan :
· Sabut
Kelapa ( 3 Bagian atau -+ 25 Kg )
· Kotoran
Kambing/bahan lain sejenis ( 1 Bagian )
· Air
Tanah atau Sumur (sekitar 40 liter)
· Golok/sejenisnya
(untuk mencacah sabut)
· Karung
Plastik berpori-pori besar atau kasa nyamuk
· Ember
dengan tutupnya/drum
Cara Pembuatan :
1. Cacahlah
sabut kelapa sampai menjadi potongan-potongan kecil, dengan ukuran kira-kira 3
x 3 cm. Tujuan pencacahan tersebut dilakukan untuk merangsang sabut untuk
mengeluarkan lebih banyak lagi getah. Ini ditandai dengan munculnya aroma khas
kelapa dari cacahan serabut.
2. Masukkan
potongan serabut tadi ke dalam karung.
3. Ikat
bagian atas karung. Langkah ini dilakukan karena sabut dan karung masih
digunakan untuk pembuatan pupuk kompos cair sekali lagi.
4. Rendamlah
karung tersebut kedalam ember berisi air. Tingginya air disesuaikan dengan
banyaknya sabut. Usahakan semua bagian sabut terendam air.
5. Tambahkan
kotoran kambing ke dalam ember.
6. Tutup
rapat ember tersebut, dan diamkan selama seminggu. Pada umur dua minggu cairan
kompos dalam ember dapat digunakan.
Untuk di perhatikan kompos cair yang dihasilkan
konsentrasinya masih tinggi, sehingga
sebelum disiramkan ke tanaman, terlebih dulu sebaiknya campur dengan air. ( kompos cair 1
bagian, dan air 3-4 bagian). Pemakainya cukup satu kali seminggu, disiramkan
langsung ke media tanaman.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !